A PENDAHULUAN
Seperti diketahui bahwa statistika diterapkan untuk mengumpulkan
menyajikan menganalisis dan menginterpretasikan data. Data yang
dikumpulkan dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Statistika khususnya bekerja dangan data kuantitatif atau data kualitatif yang sudah dikuantitatifkan dengan berbagai cara.
Data kuantitatif adalah fakta yang dipresentasikan dengan angka.
Misalnya penghasilan keluarga dalam rupiah (Rp), berat sapi dalam Kg,
tinggi badan dalam Cm, lama hidup suatu mikroorganisme dalam jam dan
sebagainya. Data kualitatif adalah fakta yang dinyatakan dalam bentuk
sifat (bukan angka). Misalnya jenis kandang ternak yaitu kandang induk,
kandang pejantan, kandang anak,kandang penggemukan dan sebagainya. Data
kualitatif dapat kita kuantitatifkan antara lain denagn cara memberi
skor, rangking, variable boneka (dummy variable) dan sebagainya.
Data dapat diukur secara langsung dan tidak sedikit data yang tidak
dapat diukur secara langsung. Untuk data yang tidak dapat diukur secara
langsung harus dibuat secara operasional sehingga dapat diukur.
Operasionalisasi ini berarti harus diusahakan untuk memecah atau
menguraikan pengertian itu dalam sejumlah demensi yang dapat diukur.
Misalnya operasionalisasi status social ekonomi masyarakat menjadi
demensi pendapatan dan demensi pekerjaan. Dalam
mengukur fakta validitas pengukuran harus diusahakan sebaik mungkin.
Sebagai contoh apakah daging ayam yang diawetkan dengan suatu zat
pengawet masih disenangi oleh konsumen, dapat diukur dengan skala
pengukuran sangat disukai, disukai, sedikit suka, suka, biasa saja, sedikit tidak suka, tidak suka dan sangat tidak suka.
jika mengukur berat kambing maka dapat digunakan timbangan yang sudah
punya skala. Demikian juga untuk mengukur suhu tubuh dapat digunakan
thermometer yang sudah ada skalanya.
Skala pengukuran ini dibagi menjadi empat macam, yaitu skala nominal,
skala ordinal, skala interval dan skala ratio, disamping itu masih ada
skala lain yang lazim digunakan untuk penelitian ilmu-ilmu social dan
komunikasi[1], antara lain yang paling popular Seperti Skala Likert , Skala Guttman, Semantic Differential dan. Rating Scale.
B PEMBAHASAN
1.1 Skala Pengukuran
Skala dapat diartikan garis atau titik tanda yang berderet-berderet
dan sebagainya yang sama jarak antaranya, dipakai untuk mengukur atau
menentukan tingkatan atau banyaknya sesuatu[2] . Jadi skala merupakan prosedur pemberian angka-angka atau symbol lain kepada sejumlah ciri dari suatu objek[3]
Pengukuran adalah proses, cara perbuatan mengukur[4]
yaitu suatu proses sistimatik dalam menilai dan membedakan sesuatu
obyek yang diukur atau pemberian angka terhadap objek atau fenomena
menurut aturan tertentu. Pengukuran tersebut diatur menurut
kaidah-kaidah tertentu. Kaidah-kaidah yang berbeda menghendaki skala
serta pengukuran yang berbeda pula.[5] Misalnya, orang dapat digambarkan dari beberapa karakteristik: umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, tingkat pendapatan.
Tiga buah kata kunci yang diperlukan dalam memberikan definisi terhadap konsep pengukuran. Kata-kata kunci tersebut adalah angka, penetapan, dan aturan. Pengukuran yang baik, harus mempunyai sifat isomorphism dengan realita. Prinsip isomorphism,
artinya terdapat kesamaan yang dekat antara realitas sosial yang
diteliti dengan ”nilai” yang diperoleh dari pengukuran. Oleh karena itu,
suatu instrumen pengukur dipandang baik apabila hasilnya dapat
merefleksikan secara tepat realitas dari fenomena yang hendak diukur.
Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk
mengkuantitatifkan data dari pengukuran suatu variable. Dalam melakukan
analisis statistik, perbedaan jenis data sangat berpengaruh terhadap
pemilihan model atau alat uji statistik. Tidak sembarangan jenis data
dapat digunakan oleh alat uji tertentu. Ketidaksesuaian antara skala
pengukuran dengan operasi matematik /peralatan statistik yang digunakan
akan menghasilkan kesimpulan yang bias dan tidak tepat/relevan.
a) . Skala Nominal
Skala pengukuran nominal digunakan untuk menklasifikasi obyek,
individual atau kelompok; sebagai contoh mengklasifikasi jenis kelamin,
agama, pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal di
atas digunakan angka-angka sebagai symbol. Apabila kita menggunakan
skala pengukuran nominal, maka statistik non-parametrik digunakan untuk
menganalisa datanya. Hasil analisa dipresentasikan dalam bentuk
persentase. Sebagai contoh kita mengklaisfikasi variable jenis kelamin
menjadi sebagai berikut: laki-laki kita beri simbol angka 1 dan wanita
angka 2. Kita tidak dapat melakukan operasi arimatika dengan angka-angka
tersebut, karena angka-angka tersebut hanya menunjukkan keberadaan atau
ketidak-adanya karaktersitik tertentu. Skala nominal akan
menghasilkan data yang disebut data nominal atau data diskrit, yaitu
data yang diperoleh dari mengkategorikan, memberi nama dan menghitung
fakta-fakta dari objek yang diobservasi
Skala Nominal merupakan skala yang paling lemah/rendah di antara
keempat skala pengukuran. Sesuai dengan nama atau sebutannya, skala
nominal hanya bisa membedakan benda atau peristiwa yang satu dengan yang
lainnya berdasarkan nama (predikat). Sebagai contoh, klasifikasi barang
yang dihasilkan pada suatu proses produksi dengan predikat cacat atau
tidak cacat. Atau, bayi yang baru lahir bisa laki-laki atau perempuan.
Tidak jarang digunakan nomor-nomor yang dipilih sekehendak hati sebagai
pengganti nama-nama atau sebutan-sebutan, untuk membedakan benda-benda
atau peristiwa-peristiwa berdasarkan beberapa karakteristik.. Skala
nominal biasanya juga digunakan bila peneliti berminat terhadap jumlah
benda atau peristiwa yang termasuk ke dalam masing-masing kategori
nominal. Data semacam ini sering disebut data hitung ( count data) atau
data frekuensi. Contoh lain yang dapat mendekatkan pemahaman kita
terhadap skala pengukuran nominal dapat dilihat sebagai berikut : Pertama
:Penggunaan nomor “1” untuk menyebut kelompok barang yang cacat dari
suatu proses produksi dan nomor “0” untuk menyebut kelompok barang yang
tidak cacat dari suatu proses produksi, Kedua :Jawaban
pertanyaan berupa dua pilihan “ya” dan “tidak” yang bersifat kategorikal
dapat diberi symbol angka-angka sebagai berikut: jawaban “ya” diberi
angka 1 dan “tidak” diberi angka 2.
b) . Skala Ordinal (Ranking)
Skala Ordinal terjadi bila obyek yang ada dalam satu katagori suatu
skala tidak hanya berbeda dengan obyek-obyek itu, tetapi juga mempunyai
hubungan satu dengan yang lain. Hubungan yang ada biasa kita jumpai
diantara kelas-kelas adalah : lebih tinggi, lebih disenangi, lebih
sering, lebih sulit, lebih dewasa dan sebagainya
Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif
karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu.
Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan
sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan informasi apakah
suatu obyek memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi bukan
berapa banyak kekurangan dan kelebihannya.
Pengukuran yang dilakukan dalam skala ordinal adalah obyek dibedakan
menurut persamaanya dan menurut urutannya. Jadi dapat dibuat urutan atau
rangking yang lengkap dan teratur diantar kelas-kelas.
Skala Ordinal adalah skala yang merupakan tingkat ukuran kedua, yang
berjenjang sesuatu yang menjadi ‘lebih’ atau ‘kurang’ dari yang lainnya,
ukuran ini digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah hingga
tertinggi dan sebaliknya yang berarti peneliti sudah melakukan
pengukuran terhadap variable yang diteliti. Contoh : mengukur kejuaraan
olah raga, prestasi kerja, senioritas pegawai. Misalnya : Jawaban
pertanyaan berupa peringkat misalnya: sangat tidak setuju, tidak setuju,
netral, setuju dan sangat setuju dapat diberi symbol angka 1, 2,3,4 dan
5. Angka-angka ini hanya merupakan simbol peringkat, tidak
mengekspresikan jumlah.
Skala ordinal, lambang-lambang bilangan hasil pengukuran menunjukkan
urutan atau tingkatan obyek yang diukur menurut karakteristik yang
dipelajari. Misal, kita ingin mengetahui preferensi responden terhadap
merek indomie goreng: merek Sarimi, Indomie, Mie Sedap, Gaga Mie
kemudian responden diminta untuk melakukan ranking terhadap merek mie
goreng dengan memberi angka 1 untuk merek yang paling disukai, angka 2
untuk rangking kedua, dst. Rangkuman hasil Rangking Merek mie goreng
sebagai berikut : Indomie = 1 , Mie Sedap = 2, Sarimi = 3, Gaga Mie = 4
Tabel ini menunjukkan bahwa merek Indomie lebih disukai daripada Mie
Sedap, merek Mie Sedap lebih disukai daripada Sarimi, dsb. Walaupun
perbedaan angka antara preferensi satu dengan lainnya sama, namun kita
tidak dapat menentukan besarnya nilai preferensi dari suatu merek
terhadap merek lainnya. Uji statistik yang sesuai adalah modus, median,
distribusi frekuensi dan statistik non-parametrik seperti rank order
correlation.
Skala Ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering
juga disebut dengan skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal,
lambang-lambang bilangan hasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan
juga menunjukkan urutan atau tingkatan obyek yang diukur menurut
karakteristik tertentu[6].
Misalnya tingkat kepuasan seseorang terhadap produk. Bisa kita beri
angka dengan 5=sangat puas, 4=puas, 3=kurang puas, 2=tidak puas dan
1=sangat tidak puas. Atau misalnya dalam suatu lomba, pemenangnya diberi
peringkat 1,2,3 dstnya.
Dalam skala ordinal, tidak seperti skala nominal, ketika kita ingin
mengganti angka-angkanya, harus dilakukan secara berurut dari besar ke
kecil atau dari kecil ke besar. Jadi, tidak boleh di buat 1=sangat puas,
2=tidak puas, 3=puas dstnya. Yang boleh adalah 1=sangat puas, 2=puas,
3=kurang puas dstnya.
Selain itu, yang perlu diperhatikan dari karakteristik skala ordinal
adalah meskipun nilainya sudah memiliki batas yang jelas tetapi belum
memiliki jarak (selisih). Kita tidak tahu berapa jarak kepuasan dari
tidak puas ke kurang puas. Dengan kata lain juga, walaupun sangat puas
kita beri angka 5 dan sangat tidak puas kita beri angka 1, kita tidak
bisa mengatakan bahwa kepuasan yang sangat puas lima kali lebih tinggi
dibandingkan yang sangat tidak puas.
Sebagaimana halnya pada skala nominal, pada skala ordinal kita juga
tidak dapat menerapkan operasi matematika standar (aritmatik) seperti
pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik
yang sesuai dengan skala ordinal juga adalah peralatan statistik yang
berbasiskan (berdasarkan) jumlah dan proporsi seperti modus, distribusi
frekuensi, Chi Square dan beberapa peralatan statistik non-parametrik
lainnya
c) . Skala Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh
skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu
berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat
melihat besarnya perbedaan karaktersitik antara satu individu atau obyek
dengan lainnya. perbedaan karakteristik antara obyek yang berpasangan
dengan lambang bilangan satu dengan lambang bilangan berikutnya selalu
tetap. Jika dalam pengukuran preferensi responden terhadap merek indomie
goreng tersebut diasumsikan bahwa urutan kategori menunjukkan
preferensi yang sama, maka kita dapat mengatakan bahwa perbedaan indomie
goreng merek urutan ke 1 dengan 2 adalah sama dengan perbedaan merek 2
dengan lainnya. Namun demikian, kita tidak bisa mengatakan 3 bahwa
merek yang mendapat ranking 5 nilainya lima kali preferensi daripada
merek 1. Uji statistik yang sesuai adalah semua uji statistik kecuali
uji yang mendasarkan pada rasio seperti koefisien variasi.
Dengan demikian, skala interval sudah memiliki nilai intrinsik, sudah
memiliki jarak, tetapi jarak tersebut belum merupakan kelipatan.
Pengertian “jarak belum merupakan kelipatan” ini kadang-kadang diartikan
bahwa skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak. Angka 0 (nol)
untuk thermometer memiliki makna yang sangat berpengaruh dan bukan
berarti dapat diabaikan.
Misalnya pada pengukuran suhu. Kalau ada tiga daerah dengan suhu daerah A = 10oC, daerah B = 15oC dan daerah C=20oC. Kita bisa mengatakan bahwa selisih suhu daerah B, 5oC lebih panas dibandingkan daerah A, dan selisih suhu daerah C dengan daerah B adalah 5oC.
(Ini menunjukkan pengukuran interval sudah memiliki jarak yang tetap).
Tetapi, kita tidak bisa mengatakan bahwa suhu daerah C dua kali lebih
panas dibandingkan daerah A (artinya tidak bisa jadi kelipatan). Kenapa ?
Karena dengan pengukuran yang lain, misalnya dengan Fahrenheit, di
daerah A suhunya adalah 50oF, di daerah B = 59oF dan daerah C=68oF.
Artinya, dengan pengukuran Fahrenheit, daerah C tidak dua kali lebih
panas dibandingkan daerah A, dan ini terjadi karena dalam derajat
Fahrenheit titik nolnya pada 32, sedangkan dalam derajat Celcius titik
nolnya pada 0. [7]
d) . Skala Rasio
Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada
skala rasio, terdapa semua karakteristik skala nominal,ordinal dan skala
interval ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak.
Nilai nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah
meskipun menggunakan skala yang lain. Oleh karenanya, pada skala ratio,
pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio. Pengukuran ratio
biasanya dalam bentuk perbandingan antara satu individu atau obyek
tertentu dengan lainnya. Pengukuran-pengukuran dalam skala rasio yang
sering digunakan adalah pengukuran tinggi dan berat. Misalnya Berat :
Sari 35 Kg sedang berat Maya 70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan
berat Maya sama dengan 1 dibanding 2. atau berat benda A adalah 30 kg,
sedangkan benda B adalah 60 kg. Maka dapat dikatakan bahwa benda B dua
kali lebih berat dibandingkan benda A.
Dua skala Pengukuran Pertama (Nominal dan Ordinal) adalah skal
pengukuran Kualitatif karena karakteristiknya tidak namuric, (contoh :
Jenis Kelamin, pekerjaan, dan lain-lain). sedangkan dua skala terakhir
(Interval dan Rasio) adalah skala kuantitatif yang diekspresikan lewat
numeric[8] (contoh : berat, tinggi, biaya, pendapatan dan lain-lain).
Keempat skala diatas jika akan digunakan dalam kuisioner dapat
dilakukan dengan pendekatan, misalnya Skala Likert , Skala Guttman, dan
Semantic Differential, Rating Scale[9]
a) . Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala
Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata antara lain: Sangat Penting (SP), Penting (P),
Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting (STP). Untuk
penilaian ekspektasi pelanggan, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya: Sangat Penting (SP) = 5, Penting (P)= 4, Ragu-ragu (R) : 3,
Tidak Penting (TP) : 2 , Sangat Tidak Penting (STP) : 1. sedangkan
untuk penilaian persepsi pelanggan, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya: Sangat Baik (SB) : 5, Baik (B) : 4, Ragu-ragu (R): 3,
Tidak Baik (TB) : 2 Sangat Tidak Baik (STB) : 1
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam
bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Keuntungan skala Likert adalah
:
1) Mudah dibuat dan diterapkan
2) Terdapat kebebasan dalam memasukkan pertanyaan-pertanyaan, asalkan mesih sesuai dengan konteks permasalahan
3) Jawaban suatu item dapat berupa alternative, sehingga informasi mengenai item tersebut diperjelas.
4) Reliabilitas pengukuran bisa diperoleh dengan jumlah item tersebut diperjelas[10]
b) . Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapatkan jawaban yang tegas.
diantaranya : ‘ya’ dan ‘tidak’; ‘benar-salah’, dan lain-lain. Data yang
diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua
alternatif). Jadi, kalau pada Skala Likert terdapat 1,2,3,4,5 interval,
dari kata ‘sangat setuju’ sampai ‘sangat tidak setuju’, maka pada Skala
Guttman hanya ada dua interval yaitu ‘setuju’ atau ‘tidak setuju’.
Penelitian menggunakan Skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan
jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.[11]
Jenis skala ini hanya mengukur satu dimensi dari satu variabel yang
memiliki beberapa dimensi. Misalnya seorang peneliti ingin mengumpulkan
data tentang kebutuhan mahasiswa, ditentukan 4 macam kebutuhan yaitu : Berteman, Belajar, Rekreasi dan istirahat,
salah satu dimensi dari keempat dimensi tadi akan dibagi menjadi 5
pernyataan dalam kuesioner. Maka Skala Guttman akan menggunakan kelima
pernyataan tersebut sebagai item :
Contoh : dimensi belajar dibagi menjadi 5 pernyataan (dari kebutuhan yang paling rendah dahulu) :
1) Untuk mencari ilmu
2) untuk melanjutkan pendidikan
3) Untuk mendapatkan gelar
4) Untuk mendapatkan ijazah
5) Untuk syarat dalam mencari kerja
Hirarki kebutuhan
1.) Kebutuhan akan syarat mencari kerja
2.) Kebutuhan akan ijazah
3.) Kebutuhan akan gelar
4.) Kebutuhan untuk melanjutkan pendidikan
5.) Kebutuhan akan ilmu
Dalam bentuk pertanyaan :
1.) Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam mencari ilmu ? (Ya / Tidak)
2.) Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam melanjutkan pendidikan ? (Ya / Tidak)
3.) Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam mendapatkan gelar ? (Ya / Tidak)
4.) Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam mendapatkan ijazah ? (Ya / Tidak)
5.) Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam memenuhi syarat mencari kerja ? (Ya / Tidak)
Hasil penilaian dari 10 responden. diatur dari kiri ke kanan, mulai
dari pertanyaan yang paling banyak memiliki jawaban YA (positif) sampai
yang paling sedikit
RESPONDEN | PERTANYAAN | TOTAL | ||||
5 | 4 | 3 | 2 | 1 | ||
A | X | X | 2 | |||
B | X | X | 2 | |||
C | X | X | 2 | |||
D | X | X | X | X | 4 | |
E | X | X | X | X | 4 | |
F | X | X | X | X | X | 5 |
G | X | X | X | X | X | 5 |
H | X | X | X | X | X | 5 |
I | X | X | X | X | X | 5 |
J | X | X | X | 3 | ||
TOTAL : YA | 9 | 8 | 7 | 7 | 6 | 37 |
c) . Semantic Differential
Skala ini merupakan salah satu dari skala factor yang dikembangkan untuk menganalisis dua masalah :
- Pengukuran populasi dan multidimensional
- Pengungkapan dimensi yang belum dikenal atau belum diketahui
Metode skala ini dikembangkan khususnya untuk mengukur arti
psikologis dari suatu objek di mata seseorang. Metode ini didasarkan
pada proporsi bahwa suatu objek memiliki berbagai dimensi pengertian
konotatif yang berada dalam ruang cirri multidimensi yang disebut ruang
semantic.
Metode ini dibuat dengan menempatkan dua (dua) skala penilaian dalam titik ekstrim yang berlawanan yang biasa disebut bipolar.
Biasanya di antara titik ekstrim di dadapati 5 atau 7 tititk-titik
butir skala dimana responden menilai suatu konsep atau lebih pada setiap
butir skala.
Untuk lebih jelasnya tampilan butir-butir skala semantic diffrensial sebagai berikut :
Baik —–, ——, ——, ——, ——, ——-, —— Buruk
Lambat —–, ——, ——, ——, ——, ——-, —— Cepat
Skala pengukuran yang berbentuk Semantic Differensial dikembangkan
oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya
bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam
satu garis kontinu yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian
kanan garis, dan jawaban “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis,
atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya
skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang
dipunyai oleh seseorang.
d) . Rating Scale
Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data
yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian
dikuantitatifkan. Tetapi dengan Rating Scale, data mentah yang diperoleh
berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif[12].
Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju,
pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala
model Rating Scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari
jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu
jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu Rating Scale
ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi
untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti
skala untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain.Yang
penting dalam Rating Scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka
yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Orang
tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu
belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban
dengan angka 2. Contoh “Beri tanda silang (x) pada angka yang sesuai
dengan penilaian Anda terhadap pelayanan PT. Telkomsel !”
Sangat Sangat
Buruk Baik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rating Scale adalah alat pengumpul data yang digunakan dalam
observasi untuk menjelaskan, menggolongkan, menilai individu atau
situasi Rating Scale adalah alat pengumpul data yang berupa suatu daftar
yang berisi ciri-ciri tingkah laku/sifat yang harus dicatat secra
bertingka. Rating Scale merupakan sebuah daftar yang menyajikan
sejumlah sifat atau sikap sebagai butir-butir atau item. Dari beberapa
pendapat tersebut, dapat disimpulkan pengertian Rating Scale adalah
salah satu alat untuk memperoleh data yang berupa suatu daftar yang
berisi tentang sfat/ciri-ciri tingkah laku yang ingin diselidiki yang
harus dicatat secara bertingkat.
Penilaian yang diberikan oleh observer berdasarkan observasi spontan
terhadap perilaku orang lain, yang berlangsung dalam bergaul dan
berkomunikasi sosial dengan orang itu selama periode waktu tertentu.
Unsur penilaian terdapat dalam pernyataan pandangan pribadi dari orang
yang menilai subyek tertentu pada masing-masing sifat atau sikap yang
tercantum dalam daftar. Penilaian itu dituangkan dalam bentuk penentuan
gradasi antara sedikit sekali dan banyak sekali atau antara tidak ada
dan sangat ada.
Karena penilaian yang diberikan merupakan pendapat pribadi dari
pengamat dan bersifat subyektif, skala penilaian yang diisi oleh satu
pengamat saja tidak berarti untuk mendapatkan gambaran yang agak
obyektif tentang orang yang dinilai. Untuk itu dibutuhkan beberapa skala
penilaian yang diisi oleh beberapa orang, yang kemudian dipelajari
bersama-sama untuk mendapatkan suatu diskripsi tentang kepribadian
seseorang yang cukup terandalkan dan sesuai dengan kenyataan.
- Kegunaan Pemakaian Rating Scale
Hasil observasi dapat dikuantifikasikan beberapa pengamat menyatakan
penilaiannya atas seorang siswa terhadap sejumlah alat/sikap yang sama
sehingga penilaian-penilaian itu ( ratings ) dapat dikombinasikan untuk
mendapatkan gambaran yang cukup terandalkan.
- Kesalahan-kesalahan dalam Rating Scale
1) Pengamat membuat generalisasi mengenai sikap atau sifat seseorang karena bergaul akrab dengan siswa
2) Pengamat tidak berani untuk memberikan penilaian sangat baik
atau sangat kurang dan karena itu menilai suatu item dalam daftar pada
gradasi cukupan (error ofcentral tendency ).
3) Pengamat membiarkan dirinya terpengaruh oleh penilaiannya
terhadap satu dua sikap atau sifat yang dinilai sangat baik atau sangat
kurang, sehingga penilaiannyaterhadap item-item lain cenderung jatuh
pula pada gradasi sangat baik atau sangat kurang ( hallo effect ).
Misalnya bila guru sudah mempunyai kesan negatif terhadap seorang siswa
( A ) yang penampilannya kurang menarik dan kemudian memilih gradasi
kurang pada item-item yang lain.
4) Pengamat tidak menangkap maksud dari butir-butir dalam daftar dan kemudian mengartikannya menurut interprestasi sendiri ( logical error )
5) Pengamat kurang memisahkan jawaban terhadap butir yang satu dari jawaban terhadap butir yang lain ( carry over effect ).
- Bentuk-bentuk Rating Scale : Terdapat beberapa bentuk rating scale antara lain :
1) Skala Numerik/Kwantitatif
Skala ini menggunakan angka-angka ( skor-skor ) untuk menunjukan
gradasi-gradasi, disertai penjelasan singkat pada masing-masing angka.
2) Skala Penilaian Grafis.
Skala menggunakan suatu garis sebagai kontinum. Gradasi-gradasi
ditunjuk pada garis itu dengan menyajikan deskripsi-deskripsi singkat di
bawah garisnya Pengamat memberikan tanda silang di garis pada tempat
yang sesuai dengan gradasi yang dipilih.
3) Daftar Cek. Skala ini mempunyai item dalam tes hasil belajar,
bentuk obyektif dengan type pilihan berganda ( multiple choice ). Pada
masing-masing sifat atau sikap yang harus dinilai, disajikan empat
sampai lima pilihan dengan deskripsi singkat pada masing-masing pilihan.
Pengamat memberikan tanda cek pada pilihan tertentu di ruang yang
disediakan.
a) . Validitas
Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Misalnya skala
nominal yang bersifat non-parametrik digunakan untuk mengukur variabel
nominal bukan untuk mengukur variabel interval yang bersifat parametrik.[13] Ada 3 (tiga) tipe validitas pengukuran yang harus diketahui, yaitu:
1) Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi menyangkut tingkatan dimana item-item skala yang
mencerminkan domain konsep yang sedang diteliti. Suatu domain konsep
tertentu tidak dapat begitu saja dihitung semua dimensinya karena domain
tersebut kadang mempunyai atribut yang banyak atau bersifat
multidimensional.
2) Validitas Kosntruk (Construct Validity)
Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan dimana skala
mencerminkan dan berperan sebagai konsep yang sedang diukur. Dua aspek
pokok dalam validitas konstruk ialah secara alamiah bersifat teoritis
dan statistik.
3) Validitas Kriteria (Criterion Validity)
Validitas kriteria menyangkut masalah tingkatan dimana skala yang
sedang digunakan mampu memprediksi suatu variable yang dirancang sebagai
kriteria.
b) . Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai
hasil skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada
masalah akurasi pengukuran dan hasilnya. Reliabilitas dapat dibagi
kepada tiga yaitu : Test Retest Reliabilitas Yaitu dua jenis kelompok
yang diukur dengan alat ukur yang sama kemudian di korelasikan.,
Paralel/Alternative Form Reliabilitas yaitu 2 bentuk yang serupa tapi
tak sama hasil dibandingkan dan Split Half Realiability mencakup
sejauhmana item insttrument bersifat homogen dan konstruk yang sama yang
melandasinya.[14]
C KESIMPULAN
Data yang dikumpulkan penelitian dapat bersifat kuantitatif dan
kualitatif, data kuantitatif dipresentasikan dengan namuric, dan data
kualitatif dinyatakan dengan non numeric. Jika data kualitatif ingin di
analisis maka data tesebut harus dikuantitatif dengan cara memberi
skore, rangking dan lain-lain.
Pada sisi lain ada data yang langsung dapat diukur dan ada pula yang
tidak. Data yang tidak dapat diukur secara langsung, harus di proses
sehingga secara operasional dapat diukur. Ada 4 skala pengukuran yang
dapat dilakukan dalam mengukur data yang diperoleh : Pertama, skala Nominal yaitu mengklasifikasi, memberi nama dan menghitung fakta-fakta, skala ini hanya sebatas membedakan, Kedua,
Skala Ordinal yaitu selain mengklasifikasikan, pada skala ini data
telah dapat direngking. Selisih/jarak rengking belum dapat dibandingkan
secara tetap. Ketiga, skala Interval yaitu selain memiliki
karakteristik nominal dan ordinal, pada skala ini data diwujudkan dalam
bentuk interval yang tetap namum belum memiliki nilai nol yang mutlak . Keempat,
skala Rasio yaitu selain mencakup karakteristik nominal, ordinal, dan
interval, skala ini telah memiliki nilai nol yang mutlak.
Untuk menuangkan keempat skala ini dalam kuisioner dapat dilakukan
dengan pendekatan Skala Likert , Skala Guttman, Semantic Differential,
Rating Scale, dan lain-lain Suatu skala pengukuran dikatakan valid
apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur dan skala pengukuran dikatakan Reliabel jika hasil skala
pengukuran memiliki konsistensi dan stabilitas nilai.
DAFTAR BACAAN
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi Ketiga Balai Pustaka : Jakarta, 2005
Hermawan, Asep, Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif, Grasindo: Jakarta, 2004
Kholil, Syukur Methodologi Penelitian Kamunikasi, Ciptapustaka, Bandung : 2006
Purwoto, Agus, Panduan Lab. Statistic Inferensial, Grasindo,Jakarta, 2007
Siagian, Dergibson dkk, Metode Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi, Gramedia, Jakarta : 2000
Sugiarto, Strategi Menaklukkan Pasar Melaui Riset Ekuitas dan Prilaku Merk Gramedia : Jakarta , 2004
Simamora, Bilson, Anallisis Multivariat Pemasaran Jakarta : Gramedia, 2004
Umar, Husein, Methode Riset Bisnis, Jakarta, Gramedia, 2002
[1] Syukur Kholil, Methodologi Penelitian Kamunikasi, (Bandung : Ciptapustaka, 2006) h. 142
[2] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi Ketiga (Jakarta : Balai Pustaka, 2005) h. 1078
[3] Husein Umar, Methode Riset Bisnis, (Jakarta, Gramedia, 2002) h. 95
[4] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar h.1239
[5] Husein Umar, Methode … h. 95
[6] Syukur Kholil, Methodologi Penelitian … h. 142
[7] Dergibson Siagian, dkk, Metode Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta : Gramedia, 2000) h. 22-23
[8] Sugiarto, Strategi Menaklukkan Pasar Melaui Riset Ekuitas dan Prilaku Merk (Jakarta : Gramedia, 2004) h. 20
[9] Dergibson Siagian, dkk, Metode Statistik …h. 98
[10] Asep Hermawan, Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif (Jakarta : Grasindo, 2004) h. 126
[11] Bilson Simamora, Anallisis Multivariat Pemasaran (Gramedia : Jakarta, 2004) h. 21
[12] Ibid …22
[13] Asep Hermawan, Penelitian Bisnis … h. 128
[14] Agus Purwoto, Panduan Lab. Statistic Inferensial, (Jakarta, Grasindo, 2007) h. 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar